Ada seorang pria yang mencium seorang wanita, lalu ia datang menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kemudian menyampaikan hal itu. Maka Allah -Ta'ālā- pun menurunkan ayat, “Dan tegakkanlah salat di kedua ujung siang (pagi dan petang), dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya…

Ada seorang pria yang mencium seorang wanita, lalu ia datang menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kemudian menyampaikan hal itu. Maka Allah -Ta'ālā- pun menurunkan ayat, “Dan tegakkanlah salat di kedua ujung siang (pagi dan petang), dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan.”

Dari Ibnu Mas‘ūd -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', bahwasanya ada seorang pria yang mencium seorang wanita, lalu ia datang menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kemudian menyampaikan hal itu. Maka Allah -Ta'ālā- pun menurunkan ayat, “Dan tegakkanlah salat di kedua ujung siang (pagi dan petang), dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan.” Maka pria itu berkata, “Apakah ini (khusus) untukku, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Untuk semua umatku secara keseluruhan.”

[Hadis sahih] [Muttafaq 'alaih]

الشرح

Ibnu Mas‘ūd -raḍiyallāhu 'anhu- menceritakan bahwa ada seorang pria dari kalangan sahabat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, namanya Abu Al-Yusr, ia mencium seorang wanita yang bukan mahramnya, lalu ia menyesali apa yang telah dilakukannya. Ia pun mendatangi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- guna menyampaikan kepada beliau apa yang telah terjadi. Maka Allah 'Azza wa Jalla pun menurunkan ayat, “Dan tegakkanlah salat di kedua ujung siang (pagi dan petang)”, maksudnya: kerjakanlah salat-salat yang ada di kedua ujung siang, yaitu salat Subuh, Zuhur dan Ashar. “dan pada bagian permulaan malam” maksudnya: kerjakanlah juga 2 salat yang ada di awal malam, yaitu salat Magrib dan Isya. “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan”, maksudnya bahwa kelima salat ini menjadi penghapus dosa-dosa kecil, termasuk di dalamnya apa yang telah engkau lakukan. Maka pria itupun bertanya, “Apakah ini (khusus) untukku?” Maksudnya: apa (salat) itu menjadi penghapus dosa khusus untuk saya saja atau juga untuk seluruh manusia. Beliau bersabda, “Untuk semua umatku”, maksudnya: bahwa kelima salat ini menjadi penghapus dosa untuk siapa saja yang melakukan hal itu dari seluruh umatku. Dalam hadits yang lain disebutkan, “Tidak ada seorang muslim pun yang melakukan satu dosa, lalu ia berwudu, kemudian mengerjakan salat 2 rakaat, lalu ia memohon ampun kepada Allah -Ta'ālā- untuk dosa itu, melainkan akan diampuni untuknya”, lalu beliau membaca kedua ayat ini, “Dan siapa melakukan perbuatan dosa atau menzalimi dirinya, lalu ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia akan mendapati Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”, dan ayat, “Dan orang-orang yang jika melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri mereka…” (HR. Ahmad, no. 47). Ini merupakan salah satu bentuk keluasan rahmat Allah -Ta'ālā- kepada hamba-Nya, dengan menjadikan salat lima waktu dan juga salat-salat sunnah sebagai penghapus dosa-dosa mereka, sebab kalau tidak demikian maka mereka akan celaka.

التصنيفات

Taubat